Blogger Widgets Rien Bintang Timur: "Kurenungi Luka..." #PopularPosts1 .widget-content{ height:230px; width:auto; overflow:auto; }

Jumat, 07 Maret 2014

"Kurenungi Luka..."



Suatu hari di sudut kamar, angin berhembus membisik;
“ada apa?” “tak apa” jawabku pilu. “ceritakan padaku! Atau tubuhmu akan sia-sia karena pikiranmu masih tertinggal di masa lalu.”

Decitan jendela yang tersentuh cipratan hujan membantu angan menjauh dari ruang kenyataan.
Ketika aku mulai menyadari apa yang aku kejar sudah terlampau jauh, kau berhenti di hadapku, melihatku. Mata penuh harap itu menatap iba namun penuh pesona. Meski tak semempesona mawar di pagi hari bersama embun yang menyempurnakan mahkotanya. Kau tersenyum, pipi penuh bekas usapan air mata itu mulai memerah. Walau tak semerah matamu yang selalu ‘Si Dia’ buat basah. Lalu meraih tanganku yang penuh luka, “ada yang lebih indah dari ini,” katamu.

Dari apa yang kulihat, terlihat jelas, kesedihan raut wajahmu yang masih membekas. Bekas telapakmu yang terasa asing, seperti bekas tangan yang menggenggam erat, namun terlaru erat hingga hanya mampu bertahan sesaat. “aku juga baru kehilangan” katamu.

Kau mengantarku pada suatu tempat di sudut hati. Menutup mataku sesaat lalu membukanya tepat di reruntuhan sebagian hati kita yang telah hancur. “ayo kita susun ini kembali” katamu tersenyum manis. Seketika itu kau ambil sebagian hatiku yang satunya dari tempat semestinya. Kita bersama, menyusun kembali serpihan yang ada. Yang tanpa kita sadari telah menyatukannya. Menjadi sepotong hati yang utuh. Hatimu, hatiku, Kita.

Ada sebuah teguran badai menghampiri waktu yang sedang berjalan. Memisahkan kedua hati yang sedang beriringan. Kita, tak mampu lagi bertahan.

Kita datang dengan hati yang sama-sama telah patah, lalu mengapa semua tak dapat terarah?
Kita adalah dua hati yang telah hancur, yang mencoba berjalan dengan rasa yang teratur. Kita pernah saling memperjuangkan, namun mengapa teguran badai mampu menghancurkan semua angan? 
Mengapa kita tak mencoba lebih kuat? dan beri cinta ini sebuah keimanan yang lebih dahsyat.
Kita sama-sama memiliki masa lalu yang tak mudah, lalu di mananya yang salah?
Mengapa hubungan dari hati yang sama-sama lemah justru menjadikan cinta yang lebih lemah?
Mengapa tak menjadi akar keyakinan yang kuat? yang mampu menopang badai egois agar cinta ini bisa selamat.

Kita sama-sama mendo’akan, saling bercerita pada Tuhan. Lalu mengapa kita justru mengelak saat do’a kita hampir terkabul?

Kita sama-sama mengarungi semuanya, lalu mengapa ketika di persimpangan jalan justru jalan yang kita pilih berbeda?
Dan kita pergi dengan mata yang sama-sama melirik. Tetapi kenapa kita sama-sama lupa jalan untuk pulang. Bahkan tak saling mencoba pulang.

Aku berharap tidak ada tiada pada kita. Jika kita sudah tiada, maka kita hanya akan saling tersiksa nyeri oleh kenangan yang diada-ada. Aku tak akan rela kelelahan merindukanmu.

Angin itu bertanya kembali;
“merindukan siapa?”
“dia….” jawabku tegas.
Lalu satu hentakan guntur menusuk sampai ke hulu seraya kurenungi luka “….yang pernah aku perjuangkan.”

Tidak ada komentar:

Hungry pet turtles to play around...