Suatu  hari seorang guru bertanya kepada murid-muridnya:
"Mengapa  ketika  seseorang sedang dalam keadaan marah, ia  akan berbicara dengan  suara kuat atau berteriak?"
Seorang  murid setelah berpikir cukup lama mengangkat tangan dan menjawab:
"Karena  saat seperti itu ia  telah kehilangan kesabaran, karena itu ia lalu berteriak."
"Tapi…" Guru balik bertanya:
"Lawan  bicaranya justru berada  disampingnya. Mengapa  harus berteriak? Apakah ia tak dapat  berbicara secara halus?"
Hampir  semua murid memberikan sejumlah  alasan yang dikira benar menurut  pertimbangan mereka. Namun tak  satupun jawaban  yang memuaskan.
Guru itu lalu berkata:
"Ketika  dua orang sedang  berada dalam situasi kemarahan, jarak  antara ke  dua hati mereka menjadi amat jauh walau secara fisik mereka  begitu  dekat. Karena itu, untuk  mencapai jarak yang demikian, mereka  harus berteriak".
Namun  anehnya, semakin keras mereka berteriak, semakin   pula mereka menjadi marah dan dengan sendirinya jarak hati yang ada di   antara keduanya pun menjadi lebih jauh lagi. Karena  itu mereka  terpaksa berteriak lebih keras lagi. 
Guru masih melanjutkan:
"Ketika anda sedang  dilanda kemarahan, janganlah  hatimu menciptakan  jarak. Lebih lagi hendaknya kamu tidak   mengucapkan kata yang mendatangkan jarak di antara kamu. Ucapkanlah   kata-kata yang bijak dan santun. Mungkin di  saat seperti itu, tak  mengucapkan kata kata  mungkin merupakan cara yang bijaksana. Karena   waktu akan membantu anda."
“Ketahuilah,  sesungguhnya marah itu bara api dalam hati manusia.   Tidaklah engkau  melihat merahnya kedua matanya dan tegangnya urat  darah  di lehernya? 
"Maka barang siapa yang mendapatkan hal itu, maka  hendaklah  dia  menempelkan pipinya dengan tanah (sujud)." (HR. At-Tirmidzi)
Dalam riwayat Abu Sa’id  Al-Khudri, Rasulullah bersabda,  “Sebaik baik   orang adalah yang tidak mudah marah dan cepat meridhoi, sedangkan   seburuk-buruk orang adalah yang cepat marah dan lambat  meridhoi.” (HR. Ahmad).
Marah adalah  salah satu bentuk luapan rasa tidak puas atau tidak cocok manusia terhadap  apa yang ada di sekitarnya. Marah pertanda kita  memiliki perasaan.
Berikut  tips cara menghilangkan rasa marah:
- Bacalah ta`awudz (Audzubillahi minassyaithaani rrajiim)
- Jika ucapan ta`awudz belum juga menghilangkan marah, posisikan tubuh kita menjadi lebih rendah dari sebelumnya.
- Diam atau tidak berbicara. Cara ini sangat ampuh untuk mengontrol amarah. Berbicara saat sedang marah sangat berbahaya, baik bagi diri sendiri maupun bagi orang lain.
- Berwudhu. Karena marah adalah api, yang bisa melawannya hanya air.
 Guru masih  melanjutkan:
"Sebaliknya, apa  yang terjadi ketika dua orang saling   jatuh cinta?
Mereka  tak hanya tidak berteriak, namun ketika  mereka  berbicara suara yang keluar dari mulut  mereka begitu halus dan  kecil. Sehalus  apapun, keduanya bisa mendengarkannya dengan begitu   jelas. Mengapa  demikian?"
Guru bertanya sambil   memperhatikan para muridnya. Mereka nampak  berpikir amat dalam  namun tak satupun berani  memberikan jawaban.
"Karena  hati mereka  begitu dekat, hati mereka tak  berjarak. Pada  akhirnya sepatah  katapun tak perlu diucapkan. Sebuah  pandangan mata saja amatlah  cukup membuat mereka  memahami apa yang  ingin mereka sampaikan. Kasih  itu sabar, kasih itu murah hati, ia pecemburu.
- Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong.
- Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri.
- Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain. Ia tidak bersuka cita karena ketidakadilan, tetapi karena kebenaran.
- Ia menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu.
- Kasih tidak berkesudahan.
"Hanya cinta yang bisa melepaskan dendam, hanya cinta yang bisa mendamaikan benci, hanya kasih sayang tulus yang mampu menembus ruang dan waktu".
(kutipan lirik lagu: Agnes Monica)
Marah  dan emosi adalah tabiat manusia. Kita  tidak dilarang marah, namun   diperintahkan untuk mengendalikannya agar  tidak sampai menimbulkan efek   negatif.
“   Sesungguhnya kasih  sayang itu cabang (penghubung) kepada Allah SWT.   Barang siapa yang menyambungnya,maka Allah akan menyambung  (kasih   sayang-Nya) dengannya. Dan barang siapa yang memutuskannya, maka  Allah   akan memutus (kasih sayang-Nya) dengannya.”
(HR. Bukhori) 
 
 
 
 
Tidak ada komentar:
Posting Komentar