
Manajemen kinerja (MK) adalah aktivitas untuk
memastikan bahwa sasaran organisasi telah dicapai secara konsisten dalam
cara-cara yang efektif dan juga efisien. Manajemen kinerja bisa berfokus pada
kinerja dari suatu organisasi, departemen, karyawan atau bahkan proses untuk
menghasilkan produk atau layanan dan juga di area yang lain.
Baik di tingkatan organisasi ataupun individu, salah satu
fungsi kunci dari manajemen adalah mengukur dan mengelola kinerja. Antara
gagasan, tindakan dan hasil terdapat suatu perjalanan yang harus ditempuh. Dan
barangkali istilah yang paling sering digunakan di keseharian yang
menggambarkan perkembangan dari perjalanan tersebut dan juga hasilnya adalah
"kinerja" (Brudan 2010).
Kinerja sendiri adalah suatu hal yang berorientasi ke masa
depan, disesuaikan spesifik berdasarkan kondisi khusus dari setiap
organisasi/individu dan didasarkan atas suatu model kausal yang menghubungkan
antara input dan output (Lebas 1995).
Karakteristik Prioritas Kinerja
Makna dan isi dari istilah kinerja secara komprehensif
didiskusikan oleh Folan et al (2007), yang menegaskan tiga prioritas
dari kinerja:
- Pertama, kinerja butuh dianalisa berdasarkan setiap entitas di dalam lingkup lingkungan di mana dia beroperasi. Sebagai contoh kinerja suatu perusahaan harusnya dianalisis di lingkup target pasar di mana dia beroperasi dan bukannya yang tidak relevan dengan wilayah operasinya.
- Kedua, kinerja selalu terkait dengan satu atau lebih tujuan organisasi yang ditentukan oleh organisasi yang mana kinerjanya dianalisa. Oleh karenanya, suatu organisasi mengevaluasi kinerjanya berdasarkan pada tujuan dan target yang ditentukan dan diterima secara internal dan bukannya atas target yang digunakan oleh edentitas di luar dirinya.
- Ketiga, kinerja disaring menjadi karakteristik yang relevan dan bisa dikenali.
Aspek Kinerja
Blumenthal (2003) menyatakan bahwa peningkatan kinerja bisa
merupakan hasil perbaikan dari salah satu atau lebih aspek berikut ini:
* Stabilitas organisasi yang terkait apakah layanannya
bisa secara konsisten dihantarkan dan organisasi bisa terus bertahan.
* Stabilitas finansial yang terkait dengan kemampuan
organisasi dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya, semisal, kemampuan untuk
membayar tagihan-tagihan. Stabilitas finansial seringkali kurang dihiraukan
sebagai perihal yang penting dalam pembangun kapasitas.
* Kualitas program (produk dan layanan) yang
didasarkan pada indikator dampak, termasuk riset memadai tentang bagaimana
program yang efektif serta sistem pengelolaan hasil keluaran.
* Pertumbuhan organisasi yang didasarkan pada
kemampuan mendapatkan sumberdaya dan menyediakan lebih banyak layanan. Secara
sendiri, pertumbuhan bukanlan suatu indikator kerja. (sumber: Wikipedia bahasa
Indonesia, ensiklopedia bebas)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar